Friday, July 13, 2007

asi vs. susu formula

Belum usai rakyat kecil Indonesia cemas dengan naiknya harga minyak goreng, kini sudah mucul kecemasan baru dengan naiknya harga susu formula. Ya, susu formula yang dikenalkan bahkan melalui kurikulum sebagai makanan penyempurna. Tidak sempurna makanan yang empat jenis tanpa ditambah suplemen yang satu ini, yaitu susu.

Tulisan ini terinspirasi dari kolom Resonansi di Republika, 13 Juli 2007 yang ditulis Bung Zaim Uchrowi. Seperti biasa, kolom resonansi dari Bung Zaim berusaha menggelitik kesadaran umum. Intinya adalah:

  • Mengapa harus risau dengan kenaikan harga susu formula.
  • Apakah susu formula benar-benar dibutuhkan oleh tubuh orang tropis.
  • Apakah kalau ada statistik dunia yang menyebutkan bahwa negara yang maju umumnya mengkonsumsi susu lebih banyak adalah suatu kebenaran yang mutlak.
  • ASI adalah susu yang diproduksi dari mekanisme alamiah tubuh seorang ibu yang khusus dibuat oleh Sang Pencipta. Apakah ada yang bisa menggantikan ASI.

Itulah kira-kira 'gugatan' dari Bung Zaim, dan saya termasuk yang setuju dengan pendapat tsb. Tahun 1986, misalnya World Health Assembly menyebutkan dalam Resolusinya nomor 39.28 bahwa

"Since the large majority of infants born in maternity wards and hospitals are full term, they require no nourishment other than colostrum during their first 24-48 hours of life - the amount of time often spent by a mother and her infant in such an institutional setting. Only small quantities of breastmilk substitutes are ordinarily required to meet the needs of a minority of infants in these facilities, and they should only be available in ways that do not interfere with the protection and promotion of breastfeeding for the majority"

Ya, itulah ASI eksklusif yang wajib diberikan oleh Ibu agar anaknya tumbuh sempurna. Apakah itu cukup? Dalam teladan Baginda Rasul, bahkan diperintahkan tidak hanya 24-48 jam tetapi 2 tahun. Ya, ASI untuk bayi adalah 2 tahun. Jadi mengapa risau dengan susu formula untuk bayi yang harganya naik dan tak terbeli?

Kepada istriku tersayang, terima kasih telah mampu memberi ASI kepada putri kita secara cukup sempurna hampir 2 tahun. Wahai anakku, kamu bukanlah anak yang disusui oleh sapi. Kamu adalah benar-benar anak yang disusui ASI oleh ibumu dengan penuh curahan kasih sayangnya.

Jadi masih tak rela memberi ASI bagi anak masa depan anda selama 2 tahun-an nih?

1 comment:

Suyitno said...

info keunggulan asi di Harian Republika:
http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=300927&kat_id=3