Friday, July 27, 2007

nagabonar jadi 2

Debut Deddy Mizwar, tahun ini adalah film layar lebar bertajuk nagabonar jadi 2. Judulnya cukup unik, bukan nagabonar 2 tetapi ada sisipan "jadi". Menurutnya, film ini merupakan kalahiran baru dan bukannya kelanjutan dari film nagabonar yang ramai tahun 1986-an. Karya Asrul Sani tersebut di tangan Dedy Mizwar mengalami revolusi besar-besaran atau bahkan berbeda sama sekali.

Film ini menarik karena beberapa kritikus menyebutnya tidak beralur, terlalu banyak keinginan/maksud, seperti film dengan banyak sutradara, tidak logis, dan lainnya. Kritik-kritik tersebut misalnya dapat dijumpai disini.

Terlepas dari kritik-kritik di atas, terdapat sejumlah hal yang menurut saya apresiasi besar perlu diberikan kepada film tersebut.

1. poses penggarapan film.


Film yang mengusung tema perjuangan, kebangsaan, moral, benturan falsafah hidup, dll umumnya mengalami kendala pemasaran. Beberapa film/sinetron bertema moral tidak laku. Beberapa karya Garin Nugroho umumnya ramai dan dihargai sebagai karya seni yang diapresiasi di level international tetapi sepi dari penonton. Kendala ini coba dipecahkan oleh film nagabonar jadi 2. Pemain-pemain yang terlibat pun dipilih yang mempunyai nilai jual tinggi baik dari presenter sampai artis-artis sinetron yang sedang digandrungi. Bahkan pemilihan anak nagabonar sebagai laki-laki dan bukannya wanita ternyata tak terlepas dari strategi pemasaran film ini. Kafi Kurnia menceritakan bagaimana strategi pemasaran film nagabonar jadi 2 dilakukan. Dan ternyata memang strategi tersebut sukses besar. I never imagine that they really think very-very Smart. Their strategy is succesful.

Succes story ini mestinya bisa menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga bagaimana sebuah "film berat" pun bisa digandrungi rakyat Indonesia. It should become turning point for cineas to shift their mind that high quality film without pornography, hedonisme, mysticism, etc. can also be enjoyed and become a favorite for Indonesian people.

2. pelajaran dari film nagabonar jadi 2.

  • Pelajaran utama yang hendak dihadirkan adalah benturan cara pandang (way of life) dari semangat jaman kemerdekaan (1945-an) dengan jaman modern (2000-an). Lihatlah ketika nagabonar berkata kepada bonaga: "ini salahku, karena aku hidup dijamanmu... jaman yg sangat sulit ku mengerti, tapi berupaya ku pahami... karena aku mencintaimu..." Pergulatan nilai-nilai yang tumbuh pada jaman yang berbeda coba didialokkan dan kalau keduanya didasari pada kebaikan, pada cinta, maka happy ending yang akan diraih.
  • Pelajaran lain adalah walaupun banyak kandungan moral yang hendak diusung dari film ini namun terasa tidak menggurui. Lihatlah ketika terjadi proses berfikir dari bonaga yang hendak mengambil keputusan apakah akan memindahkan kuburan nenek, ibu dan pamannya untuk kepentingan bisnis. Film ini mengajarkan secara tidak langsung keseimbangan emosi, hati dan rasio dalam pengambilan keputusan. Tidak tergesa-gesa. Segala aspek perlu diperhitungkan dan tidak mutlak-mutlakan.
  • Film tidak berusaha menjual satu nilai kebenaran tertentu. Misalnya ketika terjadi dialog antara nagabonar dan monita " ya mungkin di setiap jaman orang punya alasan yang berbeda untuk jatuh cinta....". It's right and so wise, isn't it?.
  • Gugatan terhadap gaya hidup hedonisme pun disimbolkan dengan gugatan nagabonar kepada patung jenderal sudirman yang kesohor itu. "jenderal turunkan tanganmu... apa yang kau hormati siang dan malam itu...apa karena yang di depanmu itu pemakai roda empat... bah....tidak semua dari mereka pantas kau hormati... turunkan tangamu jenderal... turunkan tanganmu...". Atau gugatan terhadap makna kepahlawanan: " apa kau yakin umar, kalau yang dikubur disini (makam pahlawan) adalah semuanya pahlawan...". Atau gugatan terhadap ketidakadilan di Indonesia:" terlalu banyak orang yang tidak beruntung di negeri ini...".
  • Usul pengangkatan umar oleh nagabonar untuk menjadi pegawai di perusahaan bonaga terasa KKN-nya. Namun film ini mencoba mengajarkan bahwa sebaik apapun, sesoleh apapun orang yang diusulkan, kalau tidak sesuai dengan job-profesional yang dibutuhkan perusahaan, maka perlu dipikirkan baik-baik walaupun yang mengusulkan adalah ayahnya sendiri. bonaga yang sukses pun juga mengajari untuk taat membayar pajak, apa adanya. Ya... sebuah kritik yang membangun.
Mudah-mudahan pelajaran-pelajaran berharga dari film nagabonar jadi 2 tidak menguap begitu saja.


Note: yang berada di LN bisa menikmati film ini di youtube (ada 15 bagian).