Wednesday, July 4, 2007

the future of mechanical engineering (2)

Mengurai benag kusut jalinan kerjasama industri-PT hanya akan banyak menguras energi. Akhirnya sia-sia. Hanya PT yang besar-besar yang dipercaya oleh industri untuk turut meriset kegiatan mereka. PT yang ada pada tingkat middle apalagi kecil akan sangat susah untuk dipercaya. Ya, kepercayaan memang tidak muncul secara tiba-tiba. Track record/rekam jejak akan sangat membantu selain tentu saja dibutuhkan kekuatan iklan dan jaringan.

Kembali ke jurusan teknik mesin, respon dari staff jurusan terhadap kebutuhan industri terasa sangat kurang.

Lihatlah misalnya di dunia pertekstilan.

Sekitar 3,1 juta unit mesin
tekstil berumur 15 tahun ke atas mendapat prioritas segera diganti
karena mesin-mesin tersebut sudah sangat tua dan tidak mungkin
diandalkan lagi untuk bersaing dalam mutu dan kuantitas [
*].
Adakah staff jurusan mesin yang khusus melakukan kegiatan riset di bidang mesin pertekstilan sampai ke hal-hal produksinya? Adakah industri pemesinan di Indonesia yang khusus mendukung ketersediaan mesin-mesin tekstil setelah Texmaco hancur. Tidak ada bukan? Akhirnya mesin pun harus didatangkan dari negara lain.

Lihatlah kasus lain di pabrik gula.
Tanah di Indonesia yang subur ternyata hanya mampu menghasilkan gula yang harganya mahal. Rata-rata rendemen gula (kadar gula dalam tebu) yang dihasilkan PT Perkebunan Nusantara XI baru mencapai 6,97 persen [*]
Tingkat kesuburan tanah untuk menghasilkan gula ternyata juga bervariasi. Per ha tanah hanya mampu menghasilkan gula 3-7 ton. Efisiensi pabrik (overall recovery) dari pabrik gula juga rata-rata rendah dari 65%-85% [*].
Efisiensi pabrik gula yang rendah tersebut salah satunya juga disebabkan mesin-mesin yang sudah uzur. Kalau tidak ada industri pemesinan di Indonesia yang mampu menyediakan mesin-mesin di pabrik gula dari mana lagi kalau tidak dari negara lain.

Padahal kebutuhan gula per tahun adalah 3,8 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya mampu menyediakan 2,2 juta ton. Lalu darimana 1,6 juta ton lainnya?

Dari analisis kebutuhan dari kedua jenis industri ini saja terlihat jelas bahwa ada peluang besar dari suatu jurusan teknik mesin di Indonesia. Faktanya memang, peluang tersebut banyak yang sia-sia karena ketidakpekaan menangkap peluang dan responsivitas dari staf-staf jurusan yang masih perlu ditingkatkan. Kegiatan riset memang membutuhkan kerja yang tidak ringan khususnya di Indonesia, tapi bukan berarti imposible untuk dilakukan.

Graz, 04.07.2007 11:22

No comments: