Saturday, June 30, 2007

the future of mechanical engineering (1)

Jurusan teknik mesin adalah disiplin ilmu teknik yang melibatkan prinsip-prinsip dasar ilmu fisika untuk analisis, desain, produksi, dan perawatan dari sistem mekanik. Selain dasar ilmu pasti (matematika, fisika, kimia), ilmu teknik mesin memerlukan juga pemahaman yang utuh tentang berbagai konsep termasuk mekanika, kinematika, termodinamika, dan energi [1]. Beberapa jurusan teknik mesin di Indonesia bahkan juga mempelajari dasar konsep material dan elektronik. Di Amerika, program studi teknik mesin diakreditasi oleh suatu badan nir laba, ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology).

Seiring berkembangnya kemajuan iptek, beberapa cabang ilmu teknik mesin yang berkembang diantaranya [1].


Acoustical engineering, Aerospace engineering, Alternative energy, Automotive engineering, Biomedical engineering, Computer-aided engineering, Heating-ventilation-and-air conditioning (HVAC), Nanotechnology, Nuclear engineering, Piping, dan Power generation

Kecuali teknik penerbangan dan teknik nuklir, beberapa disiplin ilmu yl (specialist) kurang mendapat perhatian dari sejumlah pengelola jurusan teknik mesin di Indonesia. Disiplin-disiplin ilmu tsb hanya ditempatkan pada bagian semester akhir sebagai mata kuliah pilihan atau bagian tugas akhir mahasiswa. Tentu ada alasan tersendiri mengapa hal demikian terjadi. Salah satu diantaranya adalah kebutuhan keahlian tenaga kerja dari industri permesinan di indonesia yang masih sulit diprediksi. Dikhawatirkan lulusan yang terlalu terspesialisasi justru akan sulit mendapatkan pekerjaan. Sementara di luar negeri beberapa industri justru mencari tenaga kerja yang ahli dibidangnya, bahkan sangat spesialis.

Hal kedua yang patut dicermati adalah bidang keilmuan yang spesialis tadi akan berkembang dengan sendirinya jika ada kegiatan riset yang bermutu. Sementara di Indonesia kegiatan riset belum menjadi pilihan utama bagi sebagian besar peneliti dan dosen karena reward dan revenue-nya masih jauh di bawah kegiatan per-proyekan. Beberapa PT yang tidak bersaing dalam hal per-proyekan kemudian lebih banyak berfokus pada program pengajaran (artinya mengajar dimana-mana), karena revenue yang diperoleh juga lebih mudah dibanding kegiatan riset.

Kambing hitam dari kalangan PT biasanya adalah industri yang tidak mau bekerja sama. Ini sah-sah saja, tetapi ada satu pertanyaan yang patut diajukan juga. Seberapa layak kepakaran dari dosen-dosen teknik mesin di Indonesia berguna untuk kemajuan sebuah industri. Atau apakah inovasi/invensi yang dihasilkan dari PT benar-benar bermutu dan penting sehingga industri bersedia meliriknya?

Beberapa inovasi yang mampu memecahkan kebuntuan tsb akhirnya memang tidak berdasar dari kebutuhan industri tetapi dari kebutuhan konsumen/pasar. Diantaranya dapat dilihat.

  1. Penemuan alat pengurang emisi gas buang dengan teknologi plasma karya Dr. Muhammad Nur, DEA, dkk dari UNDIP[2].
  2. Penemuan CDI dari Prof. I. Nyoman Sutantra, dkk dari ITS [3].
  3. Penemuan refrigeran ramah lingkungan dari Prof. Aryadi Suwono, dkk dari ITB [3][4].

Sampai disini ada banyak hal bisa dicermati (insya Allah pada tulisan berikutnya).

Graz, 30.06.07 12:08

No comments: